Tatacahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya. 5. Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan. NzdCfH. - Tata cahaya dalam seni teater memiliki fungsi yang sangat penting. Tata cahaya sering juga disebut lighting, yang mana salah satu tujuannya ialah untuk membuat pertunjukan teater semakin hidup. Dalam pertunjukan teater, tata cahaya akan membantu penonton untuk memahami keseluruhan isi cerita, mulai dari penokohan hingga suasana tata cahaya dalam teater Menurut Kidung Asmara Sigit dalam buku Alamanak Manajemen Panggung Sebuah Kunjungan ke Belakang Panggung Tiga Grup Teater di Indonesia 2019, tata cahaya merupakan teknik pengaturan cahaya untuk memberi warna pada elemen visual di atas panggung, seperti tata rias, tata panggung, pemeran teater, maupun keseluruhan isi panggung. Dalam teater, cahaya menjadi tampilan akhir dari konsep visual yang dibawakan di atas panggung. Penggunaannya pun tidak boleh asal, karena harus disesuaikan dengan gambaran ceritanya. Contohnya agar suasana tegang dapat tercipta, lighting cenderung dibuat redup atau agak gelap. Contoh lainnya saat latar waktunya pagi hari, maka tata pencahayaan dibuat semirip mungkin dengan waktu pagi. Baca juga Manajemen Produksi Seni Teater ModernTeknik tata pencahayaan dalam teater Tata cahaya membutuhkan penguasaan teknik yang baik. Seorang penata cahaya harus mempelajari pengetahuan dasar, penguasaan peralatan serta melatih kemampuan untuk mengatur cahaya sesuai dengan kisah dalam teaternya. Agar lebih mudah memahaminya, berikut merupakan beberapa teknik tata pencahayaan dalam teater Tata pencahayaan teater harus diatur supaya tidak menyebar ke area lain Mengutip dari jurnal Kajian Ruang dan Cahaya sebagai Tanda pada Peristiwa Teater Realis 2016 karya Shirly Nathania Suhanjoyo, agar cahaya tidak menyebar ke area lain, bisa diterapkan batasan cahayanya untuk menentukan area mana saja yang akan diatur lightingnya. Contohnya penggunaan pintu yang bisa menjadi salah satu penerapan batasan cahaya, karena ruangnya akan menjadi terbatas. Sehingga cahaya menjadi terbatas pada satu atau beberapa area saja. Memperhatikan titik fokus pencahayaannya Saat mengatur lighting, tentukan terlebih dahulu titik fokusnya, yang didasarkan pada naskah teater. Umumnya lighting sering menerangi hampir seluruh bagian panggung, tetapi jika dalam naskah ditemui ketentuan lainnya, maka tata pencahayaannya juga harus disesuaikan. Baca juga Teater Tradisional Ciri-CIiri, Jenis, Unsur, dan Contohnya Sudut pandang – Seperti yang telah kita ketahui karya sastra selalu dibuat dengan mengedepankan aspek yang mengandung nilai serta keindahan. Hampir semua karya sastra di dalamnya sendiri tidak lepas dari amanat mengenai moral dan dapat membentuk suatu kepribadian. Selain itu, penulis juga kerap memanfaatkan karyanya dalam mengembangkan imajinasi serta kreativitas sebagai media pembelajaran. Salah satu unsur penting dalam menulis cerita fiksi adalah sudut pandang tokoh. Dalam menentukan sudut pandang, penulis juga harus benar-benar memperhitungkan bentuk serta kehadirannya. Sebab, sudut pandang juga kemudian akan berpengaruh terhadap penyajian sebuah cerita. Sudut pandang juga merupakan teknik, strategi, serta siasat yang dengan sengaja dipilih pengarang untuk kemudian mengemukakan gagasan ide dalam suatu cerita. Sehingga, semua yang dikemukakan dalam cerita fiksi kemudian menjadi milik pengarang. Meski demikian cerita fiksi kemudian juga dapat disalurkan melalui sudut pandang tokoh. Terdapat beberapa macam sudut pandang yang perlu diperhatikan dalam penulisan sebuah cerita. Berikut di bawah ini berbagai sudut pandang beserta contohnya. Mengenal Sudut Pandang dalam Suatu CeritaMenurut Aminudin 199590Menurut Heri Jauhari 201354Menurut Atar Semi 198851Menurut Montaqua dan Henshaw 19669Menurut Atar Semi 198857-58Jenis-Jenis Sudut PandangSudut Pandang Orang PertamaSudut Pandang Orang Pertama sebagai Tokoh UtamaSudut Pandang Orang Pertama Tokoh SampinganSudut Pandang Orang KeduaContoh Jenis Sudut Pandang Orang KeduaSudut Pandang Orang KetigaContoh Jenis Sudut Pandang Orang KetigaSudut Pandang CampuranContoh Jenis Sudut Pandang CampuranBuku-Buku TerkaitBuku Sakti Menulis Cerpen Rambu-Rambu yang Harus DiperhatikanMenulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model PembelajarannyaBelajar Menulis Cerita Anak13 Poin Menulis Cerita Pendek, Dijamin Bisa Menulis Cerpen dalam Waktu Singkat!Buku TerkaitMateri Terkait FisikaKategori Ilmu Bahasa IndonesiaMateri Terkait Mengenal Sudut Pandang dalam Suatu Cerita Sumber Sudut pandang merupakan arah pandang seorang pengarang dalam menyampaikan sebuah cerita, sehingga cerita ini kemudian menjadi lebih hidup serta disampaikan dengan baik kepada para pendengar atau pembacanya. Sederhananya, sudut pandang merupakan cara penulis dalam menempatkan atau memandang dirinya dalam suatu cerita. Terdapat sudut pandang, dimana pengarang seolah-olah menjadi pelaku utama ataupun menjadi orang lain dalam sebuah cerita yang dibuat. Berikut di bawah ini beberapa pengertian sudut pandang menurut para ahli Menurut Aminudin 199590 Sudut pandang sebagai cara seorang pengarang dalam menampilkan para tokoh atau pelaku dalam dongeng yang dipaparkan atau disampaikan. Menurut Heri Jauhari 201354 Sudut pandang disebut juga dengan sentra narasi yaitu penentu corak serta gaya cerita. Watak dan kepribadian dari pencerita ini kemudian akan banyak menentukan dongeng yang disajikan kepada pembaca. Keputusan seorang pengarang dalam menentukan siapa yang menceritakan kisah kemudian menentukan apa yang terdapat dalam suatu cerita. Apabila pencerita berbeda, maka detail-detail dongeng yang dipilih nantinya juga akan berbeda. Menurut Atar Semi 198851 Atar Semi ini mengungkapkan pengertian sudut pandang sebagai suatu titik kisah penempatan serta posisi pengarang dalam suatu cerita. Atar Semi juga mengemukakan bahwa titik kisah dalam sudut pandang ataupun point of view kemudian terbagi menjadi empat jenis pembagian sudut pandang tersebut, di antaranya Pengarang berperan sebagai tokoh utama Pengarang berperan sebagai tokoh sampingan Pengarang berperan sebagai orang ketiga Pengarang berperan sebagai narator atau pemain. Menurut Montaqua dan Henshaw 19669 Montaqua dan Henshaw berpendapat bahwa pengertian sudut pandang yang membedakan pandangan pembaca tentang siapa yang menentukan struktur gramatikal naratif serta siapa yang bercerita. Siapa yang menceritakan cerita ataupun dongeng kemudian menjadi sangat penting. Sehingga dalam menentukan apa-apa yang ada di dalam suatu cerita atau dongeng, pencerita berbeda dengan narator, sehingga dapat melihat benda-benda yang berbeda dengan adanya point of view atau sudut pandang. Menurut Atar Semi 198857-58 Sudut pandang sebagai suatu titik kisah yang merupakan penempatan posisi pengarang dalam suatu cerita. Dia juga mengemukakan titik kisah ini terbagi menjadi 4 jenis yaitu diantaranya pengarang yang berperan sebagai tokoh, pengarang yang berberperan sebagai tokoh sampingan, pengarang yang berberperan sebagai orang ketiga, dan pengarang yang berberperan sebagai narator ataupun pemain. Berikut di bawah ini terdapat 4 jenis sudut pandang serta contohnya yang perlu kamu ketahui, yaitu Sudut Pandang Orang Pertama Sudut pandang orang pertama yang kemudian menggunakan kata ganti “aku” atau “saya” atau “kami” sebagai sudut pandang jamak. Pada saat menggunakan sudut pandang orang pertama, kamu kemudian seakan-akan menjadi salah satu tokoh dalam suatu cerita yang sedang dibuat. Si pembaca juga akan merasa melakoni setiap cerita yang dikisahkan. Sumber Sudut Pandang Orang Pertama sebagai Tokoh Utama Sesuai dengan namanya–sudut pandang orang pertama atau tokoh utama si penulis seolah-olah masuk’ ke dalam cerita tersebut sebagai tokoh utama atau tokoh sentral dalam cerita first person central. Segala hal yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, serta tingkah laku, ataupun kejadian tokoh “aku” yang digambarkan di cerita tersebut. Ia kemudian akan menjadi pusat kesadaran serta pusat dari cerita. Sudut Pandang Orang Pertama Tokoh Sampingan Pada teknik ini, tokoh “aku” hadir bukan sebagai peran utama, melainkan peran pendukung ataupun tokoh tambahan first personal peripheral. Kehadiran tokoh “aku” dalam suatu cerita juga berfungsi dalam memberikan penjelasan mengenai cerita kepada para pembaca. Sementara tokoh utamanya kemudian dibiarkan dalam menceritakan dirinya sendiri lengkap dengan dinamika yang tengah terjadi. Dengan kata lain, tokoh “aku” pada teknik ini berperan sebagai saksi dari rangkaian peristiwa yang dialami oleh tokoh utama. Sudut Pandang Orang Kedua Lazimnya, pada suatu karya sastra umumnya menggunakan jenis sudut pandang persona pertama serta sudut pandang persona ketiga. Secara faktual, jenis sudut pandang dalam cerita orang kedua sendiri hanya menjadi selingan. Dapat dikatakan, jenis sudut pandang orang kedua ini menggunakan gaya “kau” sebagai suatu variasi cara memandang tokoh aku dan dia. Pemahaman lainnya dari jenis sudut pandang orang kedua adalah adanya narator yang kemudian berbicara kepadamu. Hal ini tidak terlalu umum dalam fiksi, kecuali jika narator mencoba berbicara dengan membaca secara pribadi. Jenis sudut pandang orang kedua sendiri sebagian besar terlihat dalam puisi, pidato, penulisan instruksional, serta pada artikel persuasive. Contoh Jenis Sudut Pandang Orang Kedua Ini merupakan hari pertama masuk kerja. Harus sempurna! Maka Sejak tiga sejam lalu, kau sibuk saja membolak-baliknya di depan cermin. Mengecek baju, rambut, hingga ke riasan di wajahmu. Lalu setelah kau memulaskan lipgloss sebagai sentuhan final yang kau rasa mampu memesona teman-teman barumu di kantor nanti, kau kemudian mengambil parfum. Kau juga menyemprotkannya di belakang telinga, bagian pergelangan tangan, selangkangan, serta ke udara. Sedetik kemudian kamu melewati udara dengan aroma lili serta aroma lavender. Berharap agar wanginya menempel di rambut serta blazer barumu. Novel The Girls’ Guide to Hunting and Fishing – Melissa Bank Sudut Pandang Orang Ketiga Selain menggunakan jenis sudut pandang orang pertama serta sudut pandang orang kedua, penulis juga dapat menggunakan jenis sudut pandang orang ketiga saat menulis sebuah cerita. Adapun teknik jenis sudut pandang dalam cerita orang ketiga biasanya menggunakan kata ganti “dia”, “ia”, atau nama tokoh dalam bentuk jamak “mereka”. Perbedaan penggunaan jenis sudut pandang pada orang pertama dan sudut pandang orang ketiga kemudian terletak pada kebebasan peran di dalam suatu cerita. Di mana jenis sudut pandang orang pertama, si penulis dapat menjadi sosok dirinya, tetapi hal ini tidak berlaku untuk sudut pandang orang ketiga. Jika narator kemudian menjadi karakter dalam cerita, maka pembaca kemudian akan membaca apa yang tengah ia amati ketika cerita itu terungkap. Narator ini juga memiliki tiga kemungkinan perspektif dari jenis sudut pandang orang ketiga. Terbatas – Pada jenis sudut pandang orang ketiga yang terbatas, narator hanya akan melihat apa-apa yang ada di depannya, penonton peristiwa ketika mereka terbuka serta tidak dapat membaca pikiran pada karakter lainnya. Maha tahu – Seorang narator mahatahu ialah ia yang melihat semua, sama seperti dewa yang mengetahui semua jenis. Dia melihat apa yang dilakukan masing-masing karakter serta dapat melihat ke dalam pikiran masing-masing karakter. Jenis sudut pandang dalam suatu cerita ini kemudian biasa terjadi pada karakter eksternal, yang berdiri di atas, menonton aksi di bawah ini bayangkan saja seseorang dengan bola kristal, kemudian mengintip ke dalam. Maha tahu Terbatas – Jenis sudut pandang orang ketiga yang maha tahu terbatas ini umumnya hanya dapat melihat ke dalam pikiran pada satu karakter. Dia juga sangat mungkin melihat peristiwa lain yang terjadi, tetapi hanya tahu alasan mengenai tindakan satu karakter dalam suatu cerita. Contoh Jenis Sudut Pandang Orang Ketiga “Ibrahim?!” “Ya, Ibrahim. Seperti itulah tugasnya setelah ia dipanggil untuk pulang…” Jawaban itu tak memuaskan, Andu sendir masih dliputi dengan ketidakpercayaan saat si guide ini bertudung memintanya melanjutkan jalan. Secepat Ranju berkedip, secepat itu pula Andu menjumpai pantai di matanya. Dan ini kemudian membuat Ranju mulai percaya bahwa ini tak dunia? Tidak, hatinya hanya masih penuh saja logika. Meski Ranju ingat, dia tadi sedang berjalan diatas air, dia tadi menghirup susu dari parit kecil pinggir jalan, dia juga tadi menatap wanita–wanita elok yang menyapanya dengan genit. Ranju bermain–main di pikiran hingga si guide bertudung menyentak lengannya. Ranju terpaku diluar pagar sebuah rumah kecil yang seperti rumah keluarga Amerika kelas menengah. Lelaki Di Tengah Lapangan – Ardyan Amroellah Sudut Pandang Campuran Jenis sudut pandang lainnya adalah sudut pandang campuran. Pada sudut pandang ini penulis kemudian akan menggabungkan antara jenis sudut pandang dalam suatu cerita pertama dan suatu cerita ketiga. Salah satu ciri dari jenis sudut pandang dalam cerita ini adalah penulis akan masuk ke dalam cerita yang bukan sebagai tokoh utama dan ada saatnya ia kemudian berada di luar cerita dan menjadi orang biasa. Contoh Jenis Sudut Pandang Campuran Kami sebagai sebuah keluarga sederhana, namun perasaan kami memiliki satu sama lain. Dan itu merupakan ketahanan yang kuat bagi kami. Namaku adalah Badu, aku adalah bagian kecil dari keluarga sederhana itu. Meski memang terkadang sulit menerima kehidupan ini, karena kadang kala aku merasa ingin hidup normal seperti mereka. Seperti keluarga Toni yang selalu hidup dengan kecukupan bahkan lebih. Bahkan Toni sendiri tak perlu lagi bekerja karena ia sudah tercukupi oleh kemewahan yang ada. Tetapi aku tentu merasa berbeda, aku pun tidak ingin menjadi seperti Toni yang selalu mengandalkan harta keluarganya. Aku dan keluargaku diajari untuk terus hidup bersyukur dengan apa yang kami miliki. Buku-Buku Terkait Buku Sakti Menulis Cerpen Rambu-Rambu yang Harus Diperhatikan Apakah kamu suka membaca cerpen? Atau malah seorang penulis cerpen? Yang jatuh cinta dengan dunia tulis menulis dan selalu ingin menulis cerpen, tapi masih ada rasa ganjal dalam hatimu sehingga menyebabkan kamu tidak yakin dengan tulisan sendiri. Cerpen bukan lagi kata asing di telinga masyarakat pada umumnya. Banyak orang tahu dan suka membacanya, bahkan cerpen dapat memikat seseorang untuk menulisnya. Lalu, bagaimana sih cara menulis cerpen yang baik dan benar? Jika kamu memang seorang penulis cerpen maka harus mengetahui asal kelahiran cerpen dan mengenali cerpen lebih dalam lagi. Temukan rumus-rumus cerpen untuk menumpas “kegalauan” menulis, rambu-rambu penulisan cerpen yang sering dilanggar, hingga tips-tips menulis dari penulis terkenal dan simak bagaimana cerpen bisa membuatmu bisa sekolah di luar negeri dengan gratis! Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya, terdiri dari 1 bab pendahuluan dan 3 bab berturut-turut membahas unsur dan model pembelajaran Penulisan puisi, cerpen dan naskah drama. Buku ini hadir untuk membawa guru dalam petualangan dan suasana belajar yang lebih mengedepankan aspek penggalian potensi diri. Guru tidak hanya bergelut dengan materi teori bahasa dan sastra. Guru diajak untuk memahami kegiatan belajar sastra Indonesia berdasarkan kehidupan sehari-hari. Guru akan lebih terasah untuk menggali potensi menulis sastra siswa dengan suasana belajar yang menyenangkan. Belajar Menulis Cerita Anak Jika tidak mengenal siapa-siapa di penerbit, apakah bisa jadi penulis buku anak? Jika ingin mengirim naskah buku anak ke penerbit, apakah boleh hanya teksnya saja atau harus sudah ada gambarnya? Apakah hasil dari menjadi penulis buku anak akan cukup untuk hidup? Ingin jadi penulis buku cerita anak tetapi tidak tahu harus mulai dari mana? Masih punya seratus lagi pertanyaan seputar jadi penulis buku anak tetapi bingung harus bertanya kepada siapa? Kamu sudah memegang buku yang tepat! Buku ini langkah demi langkah cara menjadi penulis buku anak. Dari cara mencari ide hingga cara membuat akhir cerita yang menyentuh. Dari cara mencari penerbit hingga cara menghadapi penolakan. Dari cara mengirim naskah hingga cara mempromosikan buku setelah terbit. 13 Poin Menulis Cerita Pendek, Dijamin Bisa Menulis Cerpen dalam Waktu Singkat! Imajinasi adalah dasar yang digunakan dalam cerita pendek. Oleh karena itu, menulis cerita pendek itu mudah, asal kamu mengerti trik-trik yang digunakan untuk membangun cerita. Selain itu, karena bentuk fisiknya yang terbatas, menulis cerita pendek membutuhkan keahlian dan ketrampilan yang lebih daripada menulis novel. Untuk itu, menulis cerpen membutuhkan perlakuan khusus. Nah, di dalam buku ini, sarana-sarana pembangun cerita pendek akan dikupas dengan contoh yang diambilkan dari cerpen-cerpen yang pernah dimuat oleh media cetak dan dibukukan oleh penerbit. Harapannya, semoga buku ini tidak menggurui, tapi bisa membuka sekat pikiran yang selama ini gelap mengenai menulis cerita pendek. Dalam buku 13 Poin Menulis Cerita Pendek ini, kamu akan belajar tentang tips memilih tema, membuka cerita pendek yang bagus, membangun karakter tokoh, mengatur porsi dialog dan narasi yang seimbang, menjalin konflik, menata alur, mereka-reka setting, membaca trend update, memutuskan ending cerpen, trik untuk rewrite cerpen, mengatasi writer’s block, dll. So, segera baca buku ini dan tulis cerita pendekmu. Demikian ulasan mengenai sudut pandang yang biasa digunakan dalam sebuah cerita. Grameds bisa membaca buku-buku terkait penulisan dan Bahasa Indonesia dengan mengunjungi Gramedia selalu memberikan produk-produk terbaik agar kamu memiliki informasi LebihDenganMembaca. Penulis Sofyan Baca juga ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien - Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra. Posisi drama setara dengan novel, cerpen, atau puisi. Namun, ketika drama itu sudah dipentaskan, ia menjadi bagian dari seni pertunjukan performing arts, tak lagi sebatas kesusasteraan. Ada banyak contoh karya drama terkenal yang dikarang penulis kesohor Indonesia. Sebut saja misalnya, Orang-Orang di Tikungan Jalan 1954 yang ditulis WS Rendra, Mega-Mega 1999 karya Arifin C. Noer, Topeng Kayu 2001 karya Kuntowijoyo, Orang-Orang yang Bergegas 2004 karya Puthut EA, dan sebagainya. Secara bahasa, istilah drama berasal dari bahasa Yunani "dram" atau "draomai" yang artinya bergerak. Dalam KBBI, drama digolongkan sebagai prosa atau komposisi syair yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku peran atau dialog yang dipentaskan. Sutji Harijanti menuliskan pengertian drama dalam Modul Bahasa Indonesia 2020 sebagai komposisi yang dihasilkan dari seni sastra naskah drama dan seni pertunjukan pentas drama. Dalam hal ini, ada karya drama dalam bentuk tulis dan ada juga drama dalam bentuk pertunjukan. Dalam drama, harus ada lakon atau pementasan a play yang mengisahkan suatu cerita dengan simbol atau sandi tertentu. Lazimnya, cerita dalam drama melibatkan konflik atau emosi yang tergambar dalam dialog tokoh, serta disesuaikan untuk pentas pertunjukan. Unsur-Unsur Intrinsik Drama Sebagaimana karya-karya sastra lain, drama juga memiliki unsur-unsur intrinsik yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur intrinsik drama terdiri dari dialog, plot atau alur cerita, tokoh, latar, tema, dan amanat. Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur intrinsik drama, sebagaimana dikutip dari buku Bahasa Indonesia 2007 yang ditulis Agus Supriatna, dan sumber DialogDialog adalah inti dari karya drama. Percakapan tokoh drama ini berbeda dari obrolan sehari-hari, namun masih mencerminkan realitas kehidupan dari tema yang diangkat. Maksudnya berbeda dari percakapan sehari-hari adalah diksi atau pilihan katanya berhubungan dengan plot, mengandung unsur estetik, dan tertib sesuai jalan cerita. Bahasa yang digunakan dalam dialog juga komunikatif, serta mewakili karakter tokoh, baik itu watak secara psikologis atau fisiologis. 2. Plot atau Alur CeritaSecara umum, alur cerita dalam drama terdiri dari pengenalan tokoh, penggambaran latar tempat, waktu, latar sosial, dan sebagainya. Kemudian, hadir konflik yang berusaha dicari pemecahan masalahnya. Konflik kian memuncak, lalu diakhiri dengan resolusi, suatu jalan untuk memecahkan problem yang terjadi antartokoh. Di bagian akhir drama, penulis akan memberi keputusan, apakah tokoh akan berakhir bahagia atau mengalami kemalangan. 3. TokohSosok yang berperan dalam kisah drama dikenal sebagai tokoh. Umumnya, tokoh-tokoh dalam drama terdiri dari tiga jenis, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh berwatak baik dalam lakon drama. Kemudian, tokoh antagonis bertindak sebagai lawan protagonis, yang tindakannya tidak sesuai dengan kehendak pembaca atau penonton drama. Terakhir, tokoh tritagonis bertindak sebagai juru damai dalam konflik antara antagonis dan protagonis. 4. Latar/SettingLatar atau setting merupakan keterangan tempat, ruang, dan waktu dalam naskah drama. Tempat, ruang, waktu bisa disebut sebagai 3 dimensi setting dalam tempat adalah tempat terjadinya cerita di dalam sebuah drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri, dan berhubungan dengan latar ruang serta setting waktu merupakan waktu/zaman/periode terjadinya cerita, sementara latar ruang merujuk kepada suasana pendukung cerita dalam TemaTema adalah ide dasar dari cerita drama. Tema ini merupakan pangkal tolak pengarang dalam mengkreasi cerita rekaan dalam dramanya. Umumnya, tema hadir secara tersurat dan jarang langsung disampaikan oleh pengarang drama. Contoh tema dalam drama adalah cerita tentang hubungan cinta, kekuasaan, kemanusiaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya. 6. KonflikKonflik adalah pertentangan atau masalah dalam drama. Konflik dalam drama dibedakan menjadi 2, yaitu konflik eksternal dan eksternal merupakan konflik yang terjadi antara tokoh dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Adapun konflik internal terjadi antara tokoh dengan dirinya Perwatakan/PenokohanMaksud dari perwatakan/penokohan ialah penggambaran sifat batin seorang tokoh yang disajikan di dalam suatu cerita. Perwatakan tokoh dalam drama tergambar melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku pemerannya. Watak para tokoh dalam drama, setidaknya bisa digambarkan dalam 3 dimensi, yakni kondisi fisik, keadaan psikis, dan posisi secara sosiologis. Kondisi fisik terlihat dari jenis kelamin, ciri-ciri badan, dan sejenisnya. Kemudian, dari aspek psikis, bisa terlihat pada emosi, ambisi dan lainnya. Secara sosiologis, kondisi tokoh bisa dilihat dari posisi di masyarakat, jabatan, kekayaan, ideologi dan dalam drama juga bisa ditampilkan oleh pengarang secara langsung atau tidak langsung. Jika secara langsung, perwatakan itu akan dijelaskan dalam narasi cerita. Namun, jika ditampilkan secara tidak langsung, ia terlihat dalam dialog, pikiran, ucapan dan tindakan tokoh dalam Sudut PandangSudut pandang merupakan cara yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Sudut pandang adalah posisi dari mana pengarang berceritaapakah dia bertindak langsung dalam bercerita atau sebagai pengobservasi yang berdiri di luar pandang bisa berupa orang pertama aku; orang ketiga pencerita yang serba tahu; dan lain AmanatUnsur intrinsik drama yang terakhir ialah amanat atau pesan pengarang terhadap pembaca atau penonton drama. Amanat ini lazimnya berupa pesan ide, ideologi, atau nilai-nilai luhur yang dapat diikuti atau menjadi teladan dari drama terkait dengan tema drama, amanat umumnya juga berupa nilai-nilai tertentu yang disampaikan secara implisit. Nilai-nilai itu bisa berupa nilai moral, nilai estetika, nilai sosial, nilai budaya, dan lain sebagainya. - Pendidikan Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Addi M Idhom Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Data PementasanKelompok Pementas Komunitas Santri KOMSAN IAIN PontianakBentuk Pementasan TeaterNaskah CharlieWaktu Pementasan 12 Desember 2017 Pukul - selesaiTempat Pementasan Taman Budaya, PontianakPenonton UmumPementas Mahasiswa IAIN angkatan 2013Dokter Ali Wafan/fakultas syariah/perbankan Andi Muhammad Ismai/fakultas syariah/jurusan Ichmal Furqan/fakultas syariah/jurusan Muamalahhukum islam.Ringkasan Isi PementasanDalam teater yang berjudul Charlie yang dipentaskan oleh mahasiswa IAIN Pontianak angkatan 2013 ini mengisahkan tentang seorang Kakek dan Cucunya mencari seseorang yang bernama Charlie. Pencarian tersebut terhenti karena seiring perjalanan waktu, usia kakek yang tak lagi muda memiliki permasalahan terhadap matanya. Karena merasa matanya mulai rabun ia pergi kedokter bersama dengan Cucunya mencari solusi agar matanya sembuh, mungkin dengan kacamata. Setelah sampai di tempat dokter, Cucunya langsung menceritakan segala permasalahan pada mata Kakek dan memberi tahu apa tujuan dari pengobatan mata Kakek, yaitu agar Kakek bisa melihat dengan jelas dan dengan mudah menembak Charlie orang yang paling mereka takuti. Mendengar penjelasan Cucunya, tentu saja Dokter tidak menyutujui tujuan dari penyembuhan mata Kakek karena dengan alasan kemanusian dan mengatakan bahwa kakek tidak muda lagi untuk mengangkat senjata. Tetapi tetap saja Cucunya memaksa agar melakukan penyembuhan terhadap Kakeknya, dengan tekad yang kuat Cucunya memaksa dengan menodongkan pistol di kepala Dokter. Ya mau tidak mau Dokter mencoba dengan berpura-pura membantu menyumbuhkan tetapi hasilnya nihil, padahal Dokter tau apa yang bisa membuat mata Kakek itu sembuh yaitu dengan kacamata yang ia kenakan, tetapi tetap saja ia tidak memberikannya. Gerak-gerik Dokter mulai terbaca oleh sang cucu, ia mengetahui apa yang sebenarnya bisa menyembuhkan mata Kakek. Dengan keberanian dan tekad yang tinggi Cucu mulai merampas kacamata yang dimiliki Dokter itu dan kemudian memakaikan kacamata itu kepada Kakek. Setelah Kakek menggunakannya terlihat jelaslah apa yang seharusnya terlihat jelas oleh Kakek. Kakek akhirnya mengenal kembali tentang Charlie setelah memakai kacamata. Setelah sembuh matanya Kakek dan Cucunya langsung saja menduga bahwa Dokterlah yang harus mereka musnahkan karena mereka merasa bahwa Dokterlah yang mereka buru selama ini yaitu Charlie. Tentu saja Dokter tidak mengakuinya ia malah mempengaruhi pemikiran kuat Kakek dan Cucunya itu, dengan mengatakan bahwa Charlie akan tiba di tempat itu dan Dokter juga mennyampaikan Charlie pernah mengatakan bahwa kedua orang yang aku temui adalah orang yang bodoh, munafik, dan pengkhianat. Dengan perasaan yang mengebu-gebu dan memanas Kakek dan Cucunya terus menunggu kedatangan Charlie yang tak kunjung datang. Isi Resensi bentukDilihat dari aspek bentuk, menurut saya pementasan Teater ini sangat baik, dengan melibatkan pemain yang jumlahnya tiga orang. Sangat baik karena menggambarkan suatu kehidupan realita yang terjadi saat ini di Indonesia yang perankan oleh dokter, kakek dan cucu sesuai dengan karakteristik dari cerita yang diangkat. Setting tempat praktek dokter mata sangat sesuai dengan cerita yang di angkat dalam Teater isi 1 2 Lihat Film Selengkapnya

dalam pementasan teater sudut pandang pengarang disebut juga dengan